Yakobus Tri Bagio, Jelas buat Penyandang Disabilitas – Yakobus Tri Bagio jadi gagasan untuk penyandang disabilitas netra.
Yakobus Tri Bagio( 60) turut menerangi jalur hidup masyarakat berkebutuhan spesial. Selaku penyandang disabilitas netra, ia puluhan tahun membimbing serta memberi gagasan.
Minibus bercorak perak yang ditumpangi Yakobus Tri Bagio merambah laman Sekolah Luar Lazim Negara( SLBN) A Pajajaran, Kota Bandung, Selasa( 10 atau 6 atau 2025) pagi. Mobil itu dikemudikan Bidadari Kurnia Yuliani( 53), istri Tri.
Sehabis memarkirkan mobil, Bidadari cermat menuntun suaminya masuk ke dalam SLBN A Pajajaran. Di sekolah itu, Tri telah mengabdikan diri selaku guru semenjak tahun 2000. Beliau terkini saja pensiun pada 1 Mei 2025.
SLBN A Pajajaran ialah tempat untuk siswa- siswi penyandang disabilitas netra menuntut ilmu. Tahun ini, terdapat 111 orang menuntut ilmu di SLB tertua di Asia Tenggara itu.
Sekolah yang berdiri semenjak tahun 1901 ini mempunyai tahapan pembelajaran TK, SD, SMP, serta SMA. Walaupun tidak lagi aktif membimbing, Tri sedang sering berbicara anak didik di situ.
Hari itu, misalnya, ia berbicara dengan Mira Weya( 18). Mira merupakan anak didik kategori XI asal Mimika, Papua Tengah. Jauh- jauh ke Bandung, Mira bercita- cita jadi wirausahawan.
” Janganlah kurang ingat jadi’ tuyul’. Senantiasa giat, rajin, percaya, upaya serta jalani,” tutur Tri pada Mira.
3 minggu terakhir, kunjungan Tri SLBN A Pajajaran terus menjadi sering. Ia wujud bunyi mengkritisi pembongkaran 2 Bangunan SLBN A Pajajaran untuk sekolah orang.
Dampak kebijaksanaan itu, 48 anak didik SLBN A Pajajaran terdesak alih ke SLBN Cicendo semenjak 19 Mei 2025. SLBN Cicendo sepanjang ini diperuntukkan untuk penyandang disabilitas pendengaran.
Suara Tri, yang jadi Delegasi Pimpinan Panitia Orangtua SLBN A Pajajaran, didengar banyak pihak. Pembongkaran itu viral. Dialog serta negosiasi dengan negeri juga dicoba.
Hasilnya, Departemen Sosial berlaku seperti owner tanah Sentra Wyata Untuk yang jadi posisi SLBN A Pajajaran menjanjikan pemindahan anak didik itu sedangkan. Durasinya cuma 2 bulan.
Salah satu bangunan hendak direnovasi buat aktivitas berlatih membimbing. Sedangkan bangunan yang lain hendak dialihfungsikan jadi sekolah orang.
” Kita lalu memantau penerapannya di alun- alun. Janganlah hingga perihal ini mudarat partisipan ajar,” tutur Tri.
Buat itu, sehabis dari SLBN A Pajajaran, Tri lalu menghadiri SLBN Cicendo. Jarak keduanya dekat 1 km.
Di situ laki- laki yang pula Pimpinan III DPP Aliansi Tuna Netra Indonesia( Pertuni) ini pula menemui anak didik SLBN A Pajajaran.
Beliau balik membakar mereka yang saat ini tengah berjuang menyesuaikan diri di tempat berlatih sedangkan.” Aku yakin mereka sanggup lewat era peralihan ini dengan antusias. Kanak- kanak aku itu hebat,” kata papa dari Melinia Ester Liani Yade( 24).
Senantiasa berjuang
Tri lahir wajar dari keluarga simpel di Semarang, bunda kota Provinsi Jawa Tengah. Anak ketiga dari 4 berkeluarga ini tidak hadapi kebutaan semenjak lahir.
Kebutaan terkini tiba dikala beliau bersandar di kategori VI SD. Tri kecil hadapi musibah. Ia berbenturan dengan sahabat selevel dalam perlombaan sepak bola.
Sehabis kejadian itu, Tri luang dioperasi serta dirawat di rumah sakit. Tetapi, luka mata amat akut. Di umur 12 tahun, Tri didiagnosa dokter, tunanetra permanen.
Sepanjang kurang lebih satu tahun, Tri tekanan mental. Beliau menyudahi menyudahi sekolah. Tri memilah mengurung diri dalam kamar. Tri malu tidak dapat memandang.
” Aku luang berasumsi memberhentikan hidup. Frustrasi. Aku di titik nihil serta tidak mempunyai impian,” tuturnya.
Sampai kesimpulannya, bibinya dari Ambarawa, Jawa Tengah, tiba. Tri dibawa ke Ambarawa buat penyembuhan hati melalui berkah.
Apalagi, Tri dibawa bermukim bersama pembimbing rohani di Magelang. Bertepatan orang itu ialah ikhwan bibinya.
Metode itu jitu meningkatkan antusias Tri. Beliau merasa hidupnya belum selesai. Tri termotivasi meneruskan sekolah lagi.
Tri juga meneruskan pembelajaran di Latihan Rehabilitasi Penyandang Cacat di Bersih, Jateng, sepanjang satu tahun. Di tempat itu ia berlatih membaca serta menulis graf Braille, arah pergerakan, dan bermacam keahlian yang lain.
Setelah itu Tri menangani pembelajaran SD di SLB Pemalang sepanjang 3 bulan. Ia mencapai rangking satu. Tri menemukan hadiah 100 lembar kertas Braille dari sekolah.
Sehabis lolos SD, Tri serta 2 temannya, sesama penyandang netra, berani menumpang bis buat mencatat di salah satu SLB terbaik dengan mes di wilayah Cilandak, Jakarta. Tetapi, tidak terdapat satu juga yang diperoleh.
Tidak berserah, mereka mencari tempat lain. 2 temannya berangkat ke Yogyakarta. Tri memilah SLB ABC Ciamis. Di situ, terdapat mes buat anak didik ekuivalen SMP.
Berkah keahlian akademiknya yang muncul, beliau sukses menuntaskan pembelajaran itu cuma dalam durasi 1, 5 tahun. Di SLB ABC Ciamis, Tri apalagi mencapai pemenang 3 adu bercerita graf Braille tingkatan nasional.
Beliau menyambut apresiasi serta dana sebesar Rp 125. 000 dari Menteri Pembelajaran serta Kultur Nugroho Notosusanto. Duit itu pula yang digunakannya buat mencatat di SMA Negara 1 Ciamis. Dikala itu, SMAN 1 Ciamis jadi salah satu sekolah bergengsi di Jabar.
Di SMAN 1 Ciamis, Tri luang menempuh era percobaan coba 3 bulan. Sebabnya, guru meragukan keahlian sekolah biasa dalam ceria anak didik tunanetra. Tri sukses menanggapi keragu- raguan itu.
Tri diperoleh selaku anak didik senantiasa serta jadi salah satunya penyandang disabilitas netra dari 1. 200 anak didik. Beliau menuntaskan pembelajaran sepanjang 3 tahun. Ia lolos dengan angka NEM 45.
Aku luang berasumsi memberhentikan hidup. Frustrasi. Aku di titik nihil serta tidak mempunyai impian.
Sehabis lolos SMA, Tri lalu berkelana ke Bandung. Ia akan turut Tes Masuk Akademi Besar Negara( UMPTN) dengan opsi program riset Bahasa Indonesia.
Sepanjang 2 tahun, beliau belum sukses lolos. Dikala itu, sistem pembelajaran belum mensupport pendapatan mahasiswa penyandang disabilitas.
Terkini pada tahun 1990, Tri diperoleh di Universitas Pembelajaran Indonesia( UPI) Bandung. Jurusannya, Pembelajaran Luar Lazim( PLB).
Tri memilah bidang PLB sebab mau menanggapi sedikitnya guru spesial untuk penyandang disabilitas.
Peperangan kuliahnya tidak gampang. Beliau memerlukan dorongan orang lain buat membacakan modul serta merekam pelajaran ke dalam kaset. Tetapi, beliau meyakinkannya dikala jadi alumnus terbaik di angkatannya.
Bersama teman- temannya sesama penyandang disabilitas, Tri kemudian bertugas selaku terapis pijit serta refleksi kesehatan. Lokasinya di rumah yang mereka kontrak.
Keahlian Tri dalam aspek pijit serta refleksi kesehatan didapatnya dikala menjajaki bimbingan keahlian spesial buat penyandang disabilitas yang diselenggarakan Sentra Wyata Untuk Bandung.
Dari pemasukan itu, beliau mendanai kuliah magister di UPI dengan Fokus Edukasi Konseling Edukasi Anak Spesial( BPBAK). Program S- 2 itu diselesaikannya dalam durasi 2 tahun 2 bulan.
Sehabis mencapai titel magister pada 1999, Tri menikahi Bidadari Kurnia Yuliani, cinta yang sudah menemaninya sepanjang 10 tahun. Bidadari merupakan volunter dari Gereja yang membacakan modul kuliah untuk Tri.
Seusai menikah, Tri menjajaki uji CPNS serta lolos pada tahun 2000. Beliau dinaikan jadi guru di SLBN A Pajajaran.
Layanan konsultasi
Sepanjang satu dasawarsa awal membimbing di SLBN A Pajajaran, Tri jadi pelopor edukasi pengarahan untuk anak didik tunanetra. Banyak anak didik yang melimpahkan titik berat hati mereka pada Tri tidak cuma dengan cara langsung, namun pula melalui SMS, telepon, e- mail, apalagi alat sosial.
Beliau mengalami banyak anak tunanetra merasa amat terhimpit, apalagi terdapat yang mau memberhentikan hidupnya sebab merasa tidak kokoh mengalami realitas. Tri juga mengetahui berartinya kedudukan orangtua dalam mendampingi kanak- kanak ini.
Bersumber pada pengalamannya itu, Tri meneruskan pembelajaran doktoral di Kampus UPI. Tri mencapai titel ahli di UPI pada 13 April 2017 dalam aspek Edukasi serta Pengarahan dengan Fokus Anak Berkebutuhan Spesial.
Ia tercantum salah satu perintis penyandang disabilitas yang mencapai titel ahli di aspek edukasi pengarahan. Disertasinya bertajuk: Pengarahan Keluarga dalam Menolong Pendapatan Orang Berumur yang Mempunyai Anak Tunanetra.
” Harapannya hasil riset ini dapat menguatkan sokongan penuh emosi untuk kanak- kanak berkebutuhan spesial lewat orang berumur mereka,” minta Tri.
Seusai pelantikan, beliau senantiasa membimbing di SLBN A Pajajaran sekalian membuka layanan pengarahan free untuk penyandang disabilitas netra dari seluruh umur yang hadapi titik berat psikologis, tekanan mental, ataupun frustrasi.
Layanan ini beliau bagikan melalui telepon, SMS, Whatsapp, serta chat
yang menjangkau Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, sampai Sulawesi. Sepanjang lebih dari 20 tahun, dekat 1. 000 orang sudah merasakan khasiat pengarahan Tri.
Tri bukan cuma guru, tetapi pula juru selamat jiwa. Dari ribuan orang yang beliau dampingi dalam layanan pengarahan, 30 persen di antara lain sempat berasumsi buat memberhentikan hidup.
Sehabis menemukan injeksi antusias serta edukasi dari Tri, mereka memilah buat meneruskan hidup. Mereka merasa diamati, dipahami, serta memiliki alibi buat senantiasa bertahan.
” Aku mau melindungi sesama sahabat penyandang disabilitas dari rasa guncangan serta dari perasaan tidak dikira. Aku sempat hadapi seluruh itu serta sukses melewatinya. Aku mau menolong mereka supaya tidak merasa seorang diri,” cakap Tri.