Mahasiswa UGM yang Hilang Di Perairan Maluku Ditemukan Tewas

Mahasiswa UGM yang Lenyap Di Perairan Maluku Ditemui Tewas

Mahasiswa UGM yang Hilang Di Perairan Maluku Ditemukan Tewas – Mahasiswa UGM yang hilang usai kecelakaan kapal di Maluku.

Tim Pencarian dan Pertolongan menemukan Bagus Adi Prayogo (22), mahasiswa Universitas Gadjah Mada kiano 88, dalam kondisi tewas setelah sempat hilang seusai kecelakaan kapal di Maluku Tenggara, Selasa (1/7/2025). Total korban meninggal akibat kecelakaan tersebut menjadi dua orang. Operasi pencarian dan pertolongan pun ditutup.

Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Wilayah Ambon (SAR) Muhammad Arafah menyebutkan, Bagus yang sebelumnya hilang ditemukan tewas pada pencarian pukul 23.00 WIT. Bagus ditemukan oleh warga yang ikut evakuasi di radius 0,26 nautikal mil atau sekitar 1,1 kilometer dari lokasi kejadian. Dengan ditemukannya korban terakhir, operasi tim SAR gabungan resmi ditutup.

Sebelumnya, pada Selasa pukul 14.07 WIT terjadi kecelakaan yang menenggelamkan kapal jenis longboat di perairan Pulau Wahr, Maluku Tenggara, Maluku. Kapal tersebut diisi 12 penumpang.

Sebanyak tujuh orang di antaranya adalah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang ikut dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Mereka dibantu lima warga lokal.

Dari tujuh mahasiswa yang ikut, dua orang dinyatakan tewas akibat insiden tersebut. Sebelum Bagus, korban tewas yang pertama ditemukan adalah Septian Eka Rahmadi (21), mahasiswa Fakultas Teknik UGM.

”Korban dievakuasi ke Rumah Sakit Karel Sasuitubun, dengan itu operasi SAR ditutup,” ucap Arafah di Ambon, Maluku, Selasa.

Adapun nama-nama korban yang selamat dalam insiden tersebut adalah Daeren Sakti Hermanu, Muhammad Arva Sagraha, Ridwan Rahardian Wijaya, Afifudin Baliya, dan Pratista Halimawan. Kelimanya adalah mahasiswa program KKN dari UGM.

Sementara nama korban selamat dari warga adalah Mikel Maipuka (27), Penus Letsoin (27), Maikel Letsoin (28), Marvel Letsoin dan (16), dan Atin Letsoin (16). Seluruh korban sudah dibawa ke rumah sakit di Langgur, Maluku Tenggara, untuk dirawat.

Kronologi kejadian
Direktur Pengabdian Kepada Masyarakat UGM Rustamadji menjelaskan, insiden itu terjadi saat tujuh mahasiswa KKN-PPM UGM bersama lima warga lokal mengambil pasir di Pulau Wahru untuk program revitalisasi terumbu karang dengan metode artificial patch reef (APR). Mereka berangkat dengan dua perahu cepat (speedboat) pada pukul 11.00 WIT.

Dalam perjalanan kembali, salah satu perahu terbalik akibat gelombang pasang dan angin kencang. Pihaknya pun merasakan duka mendalam atas meninggalnya Septian dan Bagus. Kepergian dua mahasiswa tersebut tidak hanya menyisakan luka bagi keluarga dan kampus, tetapi juga rekan-rekannya di tim KKN Unit Manyeuw.

Septian Eka adalah mahasiswa Program Studi Teknologi Informasi di Departemen Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Fakultas Teknik UGM. Sementara Bagus Adi adalah mahasiswa Fakultas Kehutanan UGM.

Menindaklanjuti kejadian ini, Rustamadji menambahkan, UGM berkomitmen untuk terus memastikan perlindungan dan keselamatan seluruh peserta KKN UGM. Evaluasi menyeluruh terkait prosedur keamanan di lapangan juga dilakukan.

”Kami kehilangan sosok muda yang penuh potensi dan semangat. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya, dan keluarga diberi ketabahan,” ucapnya.

Sementara itu, cuaca buruk di wilayah perairan Maluku diprediksi masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Maritim Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika Wilayah Ambon Muhammad Arya Dharmawan mengatakan, peringatan dini dikeluarkan untuk sejumlah wilayah perairan.

Hingga Sabtu (5/7/2025), pola angin di wilayah Maluku bergerak dari timur menuju selatan dengan kecepatan angin berkisar 4-30 knot. Peningkatan kecepatan angin hingga 30 knot terpantau di beberapa tempat, meliputi perairan utara dan selatan Pulau Buru, perairan barat dan timur Kepulauan Tanimbar, perairan Kepulauan Babar, Laut Banda, dan Laut Arafuru.

Lalu, gelombang laut setinggi 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di sebagian besar wilayah perairan Maluku. Ia mengingatkan, kondisi tersebut berisiko untuk keselamatan pelayaran bagi beberapa jenis kapal.

”Kondisi angin sebesar 15 knot dengan tinggi gelombang mencapai 2,5 meter berisiko untuk perahu nelayan. Lalu, kondisi angin sebesar 16 knot dengan tinggi gelombang hingga 1,5 meter berisiko untuk tongkang,” ujarnya.

Setelah empat hari dinyatakan hilang, seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) bernama Naufal Aditya (22) akhirnya ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di perairan sekitar Pulau Bair, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Tim SAR gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI AL, Polairud, serta warga setempat menemukan jasad korban mengambang sekitar tiga mil laut dari titik terakhir ia dilaporkan tenggelam.

Naufal, mahasiswa jurusan Ilmu Kelautan angkatan 2021, tengah mengikuti program ekspedisi lapangan di wilayah timur Indonesia bersama sejumlah rekan dan dosennya. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari mata kuliah praktikum kelautan yang mewajibkan mahasiswa turun langsung ke lapangan guna melakukan pengamatan ekosistem laut, pengambilan data, serta pemetaan wilayah pesisir.

Peristiwa tragis ini terjadi pada Selasa, 1 Juli 2025, sekitar pukul 15.30 WIT. Saat itu, Naufal dan beberapa mahasiswa lainnya tengah melakukan aktivitas snorkeling untuk mengamati terumbu karang di perairan sekitar Pulau Bair. Cuaca semula cukup cerah, namun angin laut mendadak bertiup kencang dan gelombang mulai membesar. Diduga kuat, arus bawah laut menyeret korban keluar dari zona aman.

Menurut keterangan rekan korban, mereka sempat melihat Naufal berusaha berenang kembali ke kapal, namun tubuhnya terlihat panik dan akhirnya menghilang dari permukaan air. Mereka segera memberi tahu instruktur dan melakukan pencarian awal, namun hasilnya nihil.

Pencarian Intensif oleh Tim SAR
Setelah laporan resmi dibuat ke pihak berwenang, tim SAR gabungan dikerahkan pada Rabu pagi, 2 Juli. Pencarian dilakukan dengan menyisir kawasan sekitar Pulau Bair menggunakan perahu karet, kapal cepat, hingga penyelam profesional. Drone udara juga dilibatkan untuk memperluas jangkauan pencarian.

Komandan Basarnas Ambon, Letkol (Mar) Fadli Tanjung, dalam konferensi persnya menjelaskan bahwa operasi SAR dilakukan selama empat hari penuh tanpa henti.

“Kondisi di lapangan cukup menantang karena gelombang yang tidak bersahabat. Namun tim kami tetap berusaha maksimal. Hari ini, Sabtu (5 Juli) pukul 09.45 WIT, korban berhasil ditemukan sekitar 3 mil laut ke arah timur dari lokasi hilang. Saat ditemukan, jasad sudah mulai mengalami pembengkakan, namun masih bisa dikenali,” ujar Fadli.

Setelah dievakuasi ke darat, jasad Naufal langsung dibawa ke RSUD Dobo untuk dilakukan visum. Dari hasil pemeriksaan awal, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Dokter menyimpulkan bahwa penyebab kematian adalah tenggelam akibat terseret arus kuat.

Pihak Kampus Berduka
UGM melalui Humas Universitas menyatakan duka cita mendalam atas musibah ini. Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG, Ph.D, menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan menyebut Naufal sebagai mahasiswa yang aktif, rajin, dan penuh semangat dalam belajar.

“Ini adalah kehilangan besar bagi kami. Naufal adalah mahasiswa yang sangat antusias terhadap bidang kelautan. Kematian tragisnya saat menjalani kegiatan akademik menjadi duka bersama. Kami akan memastikan hak-hak almarhum dipenuhi serta memberikan pendampingan bagi keluarga,” ujar Rektor UGM dalam keterangan tertulisnya.

Kampus juga mengirimkan perwakilan ke Maluku untuk membantu proses pemulangan jenazah ke Yogyakarta. Menurut informasi dari pihak keluarga, jenazah akan dimakamkan di kampung halamannya di Sleman, DIY.

Keluarga Korban: Harusnya Ada Pengawasan Lebih Ketat
Orangtua Naufal, Bapak Abdul Rahman dan Ibu Siti Aminah, saat ditemui wartawan di rumah duka, mengungkapkan kesedihan mendalam. Mereka tak menyangka niat baik anaknya mengikuti kegiatan akademik justru berujung maut.

“Kami ikhlas, tapi kami juga ingin kampus dan penyelenggara kegiatan mengevaluasi sistem keamanan. Anak-anak itu harusnya lebih dijaga, apalagi di laut terbuka. Nyawa mereka jangan sampai jadi taruhan,” kata Abdul Rahman.

Pihak keluarga juga mempertanyakan mengapa alat keselamatan seperti pelampung atau pengawasan instruktur tidak maksimal saat kegiatan snorkeling dilakukan. Mereka berharap ada investigasi internal dari pihak universitas maupun instansi yang terlibat.

Evaluasi Sistem Keamanan Lapangan
Kematian Naufal memicu diskusi di kalangan akademisi dan pengamat keselamatan kegiatan lapangan. Direktur Eksekutif Indonesian Maritime Safety Watch, Ridho Supratman, menyoroti lemahnya SOP dalam pelaksanaan praktikum di wilayah laut lepas.

“Sudah saatnya semua kampus yang memiliki program studi berbasis lapangan menetapkan protokol ketat. Mahasiswa harus dibekali kemampuan dasar menyelam, dilengkapi dengan alat pelindung diri, dan didampingi oleh tenaga profesional bersertifikat. Kita tidak boleh abai karena risiko di lapangan nyata,” tegas Ridho.

Ridho juga menambahkan bahwa sering kali program akademik terlalu berfokus pada target riset dan data tanpa memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi. Ia berharap kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi semua institusi pendidikan tinggi.

Dukungan dan Doa dari Masyarakat
Kabar duka tentang meninggalnya Naufal menyebar luas di media sosial. Tagar #RestInPeaceNaufal dan #DukaUGM sempat menjadi trending di X (Twitter) regional. Banyak mahasiswa, alumni UGM, serta warga umum menyampaikan simpati dan doa melalui unggahan foto serta kenangan bersama almarhum.

Seorang sahabat dekat Naufal, Adinda Putri, menulis, “Naufal selalu bilang ingin mengabdi untuk laut Indonesia. Sekarang ia telah kembali ke laut yang dicintainya. Tenang di sana, teman.”

Sementara itu, Gubernur Maluku, Murad Ismail, juga menyampaikan belasungkawa. Ia menginstruksikan agar Dinas Kelautan dan Perikanan setempat mengevaluasi seluruh kawasan wisata laut yang biasa digunakan untuk aktivitas penyelaman dan snorkeling, guna mencegah terulangnya insiden serupa.

Penutup
Kematian Naufal Aditya menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan dan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap keselamatan mahasiswa dalam kegiatan lapangan. Tragedi ini tak hanya menyisakan duka mendalam bagi keluarga dan kampus, tetapi juga mengingatkan semua pihak bahwa nyawa dan keselamatan manusia tak boleh diabaikan dalam misi edukatif sekalipun.

Jenazah Naufal kini telah kembali ke tanah kelahirannya. Di tengah isak tangis keluarga dan rekan-rekannya, satu hal yang pasti: semangat dan dedikasinya untuk laut Indonesia akan terus dikenang.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *